Senin, 29 April 2013

Dapunta Hyang

Bahagia! Pada tahun Saka 605 hari kesebelas. Bulan Terang bulan Waiseka Dapunta Hyang naik perahu mengadakan perjalanan. Pada hari ketujuh bulan terang Bulan Jyesta Dapunta Hyang berangkat dari Minangka.Tambahan beliau membawa tentara dua laksa. Dua ratus koli di perahu, yang berjalan darat seribu tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Mukha Upang. Dengan senang hati. pada hari kelima bulan terang Bulan Asada. Dengan lega gembira datang membuat wanua. Perjalan Jaya Sriwijaya membuat kepuasan.

Inilah bunyi prasasti Kedudukan Bukit dalam bahasa Indonesia. Prasasti itu menggambarkan, pasukan dengan jumlah besar pada masa itu, mengadakan perjalan mencari wanua atau tempat terbaik.Rombongan besar itu dipimpin oleh Dapunta Hyang, perjalan di tempuh dengan perahu dan jalan kaki, berangkat dari Minangka mencari wanua. Wanua adalah tanah harapan, disini akan dijadikan tempat pemukiman yang baik, dan juga tempat kegiatan pemerintahan. Perjalan yang menyusuri sungai besar di palau Sumatera ini, akhirnya menemukan wanua, yaitu Makha Upang. Sekarang wilayah ini diyakini sebagai wilayah kota Palembang.

Sejarah memang selalu menyisakan teka-teki. Seperti teka-teki siapa Dapunta Hyang? Dari mana asalnya? Mengapa membawa rombongan tentara yang begitu besar, kemudian menetap di wanua, tak jauh dari sungai Musi? Ada yang menyebutkan Dapunta Hyang itu adalah raja dari luar kerajaan di Sumatera, sengaja datang ke Sumatera untuk mengalahkan kerajaan yang sudah lebih dulu bermukim di Palembang. Ada pula yang menyebut Dapunta Hyang adalah nama lokal, jadi bukan raja dari kerajaan lain, melainkan raja yang bermukim di Sumatera Selatan. Namun, para ahli sejarah sepakat menyebut Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah raja Sriwijaya pertama. Dialah tokoh utama yang membawa dua puluh ribu tentara lewat sungai Musi, kemudian mencari wanua atau tempat pemukiman agung. Dengan demikian, Dapunta Hyang tentu bukanlah orang yang lahir dan besar di Palembang. Itu kalau merujuk pada prasasti Kedudukan Bukit. Ia datang dengan ribuan orang lainnya mecari wanua baru, tanah harapan. Bisa juga disebut merantau secara robongan besar, karena tujuan merantau juga mencari tempat harapan. Nama Sriwijaya sudah ada lebih dulu, tetapi kerajaan ini belumlah besar dan kuat. Sriwijaya menjadi kuat setelah menemukan wanua baru, dan kharisma sebagai kerajaan besar bermula disini.

Banyak spekulasi mengenai tokoh Sriwijaya ini. Tetapi banyak yang yakin bahwa Dapunta Hyang pasti bukan raja dari luar Nusantara. Nama Dapunta Hyang lebih dekat ke nama Melayu. Bahasa yang digunakan di prasasti Kedudukan Bukit juga bahasa melayu kuno, sehingga dugaan terkuat ia berasal dari Kerajaan Melayu tua, kerajaan yang lebih dulu ada sebelum Sriwijaya. Kalau itu benar, boleh jadi Dapunta Hyang berasal dari wilayah yang tidak jauh dari Palembang. Tidak mungkinkah ia berasal dari suatu wilayah yang sudah teratur dan oleh sebab lain mencari daerah baru sekitar Palembang sekarang? Kalau melihat tingginya budaya dan peradaban yang mereka bawa, bukan mustahil mereka sengaja memindahkan istana atau pusat pemerintahan ke Palembang, sebagai daerah yang diyakini membawa harapan baru, sebagaimana yang mereka sebut sebagai wanua agung. Memindahkan keraton oleh sebab suatu hal adalah hal yang lazim dilakukan pada masa lampau.

Sampai saat ini belum ada seorang ahli pun bisa memastikan dari mana asal muasal Raja Dapunta Hyang. Prasasti Kedudukan Bukit memang menyebutkan nama Minangka sebagai daerah asal Dapunta Hyang. Tapi dimakah daerah Minangka itu? Berbagai penafsiran pun muncul. Ada yang menyebutkan di kawasan Teluk Kuantan, Riau, Sumatra Barat, bahkan di sekitar ulu sungai Barumun, Sumatera Utara. tapi hampir semua memiliki banyak kelemahan, sehingga nama Minangka itu tidak terpecahkan. Hanya saja, yang sangat diyakini para ahli sejarah, Dapunta Hyang pastilah raja nusantara, bukan datang dari Chola (India), Muangthai, Indocina, dan lain-lain.

Banyak memang tanda tanya yang belum terjawab. Dapunta Hyang meninggalkan teka-teki berabad yang silam, dan ternyata belum terjawab hingga kini.

2 komentar:

  1. Kerajaan Sriwijaya sudah ada sebelum Sidhayatra 683M, Itsing th 671 menetap di Sriwijaya selama 6 bulan. Berdasarkan keyetangan itsing Kerajaan Sriwijaya ia sebut kerajaan She-li-fosh, nama ibukotanya kota Foshi/ sama dengan nama ujung kerajaannya, terletak di sungai Foshi/nama sungai itu sama dengan nama ibu kota kerajaan.
    Tidak ada pemindahan ibukota dari minangatamwan ke kota Foshi/ kota jaya/ kota Palembang atau dari melayu ke kota jaya.
    Tidak ada pergantian nama kerajaan dari Minangatamwan ke Sriwijaya atau dari melayu ke Sriwijaya.
    Tidak ada penfirian kerajaan Sriwijaya th 683. Sebat th 670 Sriwijaya sudah mengirim duta ke Cina.
    MlBerdasarkan keterangan Itsing itu dapat disimpulkan
    1. Minangatamwan bukan Sriwijaya/ Shrlifoshi.
    2. Minangatamwan bukan ibukota Shelifoshi. ibu kota Shelifoshi adalah kota Foshi
    3. Tidak ada pemindahan ibukota th 683, sebab ketika Itsing datang lagi keSriwijaya th 685 dia masih menyebut kota Foshi sebagai ibukota Shelifoshi, jika terjadi pemindahan ibukota dari minangatamwan ke kota foshi pasti Itsing merubah pula sebutan ibu kota Shelifoshi. Dan th 671 ibukota Shelifoshi adalah kota foshi/ ibukota kerajaan Sriwijaya adalah kota jaya bukan minangatamwan. jauh sekali nama Kota Foshi/ kota jaya dengan nama minangatamwan.
    nama kerajaan itu disebut Sriwijaya. ibukotanya sama dengan nama ujung kerajaan yakni kota jaya. yang ber arti makmur . Sedangkan Wijaya = kemakmuran.
    jafi Sriwijaya artinya= cahaya kemakmuran.
    jadi nama ibukota Sriwijata itu adah kota jaya bukan minangatamwan jauh sekali Sriwijaya dengan minangatamwan.
    nama sungainya sungai Foshi atau sungai jaya.
    5. Minangatamwan adalah takluka Sriwijaya
    6 Thn 683M adalah kerajaan Sriwijaya menaklukan minangatamwan.
    7. Diawal prasasti kedukan bukit disebutkan Dapuntahyang naik di samwau melakukan sidhayatra, setelah satu bulan melakukan sidhayatra barulah Dapunta melepas pasukannya dari minangatamwan membawanya ke kota jaya kerajaan Sriwijaya.
    8. diakhir prasasti kedukan bukit
    disebutkan dengan jelas Sriwijaya jaya sidhayatra artinya yang melakukan sidhayatra yang fi pimpin dapuntatgl 24 april itu afala kerajaan Sriwijaya dan kota jaya.
    Dapunta yang jelas keturunan melayu Palembang/ kelompok melayu tengah/ Rumpun Pasemah. Sebab bahasa prasasti Sriwijaya yang dikeluarkan Dapuntahyang Sri Jaya Naga adalah bahasa dari kelompok Melayu tengah ini.
    Dapunta dalam Prasasti menyebut dirinya aku.
    kata aku ini asli bahasa melayu Palembang.
    Jambai aku= Sayo
    Riau aku= saya
    Komring/ Lampung aku= nyak, ekam
    Minang Kabaw. aku= awak, ambo
    Melayu Palembang aku= aku
    Dan contoh contoh bahasa Sriwijaya asli bahasa palembang lama dalam pradasti Sriwijaya /Dapunta diantaranya
    Lengit = hilang
    naik = naik
    sakit = sakit
    gila = gila
    serambat kasih= serambat kasih
    buluh = bambu
    betung betung/ bambu besar
    niyur = kelapa
    tmu = temu
    mbawe = membawa
    seribu = seribu
    ratus = ratus
    dua belas = dua belas
    urang/ uhang = orang
    datang = datang
    Dan masih banyak lagi hampir semua kosakata prasasti sriwijaya adalah bahasa mrlayu tengah kecuali yang berbahasa Sanskerta.

    BalasHapus
  2. jayasrwijaya kerajaan sriwijaya berasal dari palembang

    BalasHapus