Pada awal abad ke 15, hiduplah seorang bahariawan besar, yang agaknya belum tertandingi hingga masa kini. Dengan armadanya yang terdiri dari 62 kapal besar, 255 kapal kecil, dengan awak kapal lebih dari 27.800 personil. Dia lah Laksamana Cheng Ho, yang berkiprah selama 28 tahun (1405-1433), melakukan perjalanan ekspedisi laut 7 kali menuju Asia Tenggara, India, dan Afrika. Maka ekspedisi Cheng Ho agaknya lebih besar dari pada bahariawan kondang Eropa, seperti Christoforus Columbus, Vasco de Gama, dan Ferdinand Magellan.
Cheng Ho mendarat pertama kali di Nusantara pada tahun 1405, di Tuban. Ketika Cheng Ho mendarat di wilayah Jawa Timur itu sedang terjadi perang saudara yang cukup besar di Kerajaan Majapahit. Raja, ketika itu Prabu Wikrawardana (menantu raja sebelum Hayam Wuruk dari seli) berhadapan dengan Bhre Wirabumi (putra hayam wuruk dari selir), yang bertahta di Blambangan. Akibat dari situasi peperangan itu, sekita 170 personil Cheng Ho terbunuh. Namun cheng Ho yang membawa pasukan yang besar tidak melakukan serangan balasan.Atas nama Kaisaran Cina, Cheng Ho menanyakan kejadian itu kepada Raja Majapahit itu. Merasa kesalahan ada di pihaknya, Prabu Wikrawardana kemudian mengirim utusan ke Cina, yang ketika itu diperintah oleh Kaisar Cheng Zu (Dinasti Ming). Semula Raja Majapahit itu hanya diminta membayar ganti rugi sebesar 60 ribu tali emas-dan sudah dibayarkan 10 ribu tali emas. Namun denda itu akhirnya dibebaskan oleh Kaisar Cheng Zu, karena raja jawa itu telah mengakui kesalahannya.
Sebenarnya Cheng Ho memang bukan utusan kekaisaran Cina yang pertama, Sebelumnya, Kaisar YUng Lo pernah mengutus Laksaman Yin Ching pada tahun 1403. Perjalanan yang dilakukan Ying Ching adalah untuk muhibah dagang dan politik ke asia Tenggara. Ying Ching didampingi juru bahasa yang beragama Islam, Ma Huan, armada Ying Ching mendarat di Malaka.
setelah terjadi pergantian kaisar di Kerajaan Dinasti Ming, Kaisar baru Cheng Tsu mengutus satu thaykam-nya, Laksamana Chen Ho untuk melanjutkan perjalanan muhibah ke Asia Tenggara. Cheng Ho kemudian kemudian membawa armadanya yang sangat besar menuju Asia Tenggara, India, hingga jazirah Arab. Ekspedisi pertama dimulai pada tahun 1405, Cheng Ho didampingi oleh dua orang ahli bahasa yang mahir bahasa Arab, Ma Huan dan Feh Tsin.
Cheng Ho yang beragama Islam ini membentuk komunitas Tionghoa Islam di berbagai tempat di tepi pantai Pulau Jawa, semenanjung Melayu dan Filipina. Kepala komunitas Tionghoa ini biasanya dikepalai oleh seoranng kapten. Dari kepemiminan kapten inilah komunitas Tionghoa bergantung. Makanya tak terlalu mengagetkan, kalau para kapten memiliki hubungan yang luas pemilik otorias di daerah-daerah.
Untuk mengawal kesuksesan sesuai dengan garis politik yang digariskan oleh Kerajaan Ming, maka Cheng Ho membentuk pusat perencanaan untuk hubungan dagang dan politik Asia tenggara di Campa (sekarang daerah ini masuk Kamboja). Degan dibantu Bong Tak Keng, yang merupakan kakek Sunan Bonang (Bong Ang), Cheng Ho mengembangkan pendidikan Islam di kalangan Komunitas Tionghoa Islam.
Cheng Ho banyak menyebarkan ilmu pengetahuan baru kepada penduduk lokal di tempat yang disinggahinya. Di pantai-pantai Jawa Timur, armada cheng Ho mengajarkan cara bercocok tanam, berternak, kesenian-mulai dari seni ukir hingga seni arsitektural-hingga cara membuat alat bajak dari besi.
Peninggalan berupa bangunan fisik yang masih tersisa hingga saat ini adalah Kelenteng Gunung Batu atau yang populer disebut Kelenteng Sam Po Kong di Semarang. Kelenteng Talang di Cirebon dan lelenteng Ancol di Jakarta. Dan peninggalan dari berkesenian adalah seni ukir di Jepara, banyak pengerajin ukiran kayu di Jepara hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar